kembangapi_2

Thursday, January 25, 2007

Mamie si anak ajaib - Irian Jaya

Mamle dikejar para lelaki peserta tari untuk dibunuh. Dengan cepat Mamle melarikan diri dan para lelaki itu terus mengejarnya, maka kejar-kejaran pun terjadi. Sewaktu berusaha melarikan diri itu Mamle melihat pohon Enau. Kemudian ia menyadap pohon enau itu dengan seruas Drin (bambu kecil).

"Tuak ini harus dapat memabukkan orang-orang yang akan membunuhku" kata Mamle dalam hati. Tidak berapa lama kemudian pengejar-pengejar itu sampai ditempat Mamle.

"Saudara-saudara, tenanglah dahulu. Sekarang aku menyerah, aku rela kau bunuh. Tapi sebelum kelian melakukannya, minumlah dulu tuak ini sampai habis!" kata Mamle.

Tanpa curiga karena haus, para pengejar itu meminum tuak Mamle. Ketika tuak itu akan habis, Mamle menepuk bagaian bawah bambu itu ke tanah sambil berkata: "Nhon oli! (kembali)" Seketika bambu itu penuh lagi dengan tuak.

Akhirnya, para pengejar Mamle itu menjadi mabuk karena kebanyakan minum tuak. Kesempatan baik itu tidak disia-siakan oleh Mamle. Ia segera mengunakan kesaktiannya, dibuatnya jurang yang curam untuk membentengi orang-orang itu.

Ketika sadar, para pengejar itu tidak bisa berbuat apa-apa karena disekitarnya telah terbentang jurang yang curam, sehingga mereka tidak dapat lagi melakukan pengejaran terhadap Mamle.

Mamle kemudian mengubah dirinya menjadi seekor burung layang-layang dan mendatangi mereka. Orang-orang yang mau tunduk, ia selamatkan dan mereka yang tidak mau, ia tinggalkan hingga mati kelaparan dan menjadi batu. Kedua syolo (anak perempuan paman) yang menaruh hati kepada Mamle juga ikut mati. Mereka menjadi batu dan disebut sitri (tempat hati terlambat). Kedua batu itu apabila diusap atau diperolok, maka akan turun hujan yang sangat lebat. Konon batu tersebut sampai sekarang masih ada.

Lama setelah peristiwa itu, Mamle diundang oleh seseorang untuk membantunya membuka ladang baru. Tetapi Mamle datang terlambat.

Orang-orang yang ikut gotong royong membuka ladang itu telah beristirahat kecapaian. Mamle kemudian membuat api dan mengumpulkan kayu-kayu kering. Dengan sebelah tangannya, kayu-kayu itu sekali tarik sudah bertumpuk dengan baik. Semua kayu dan belukar di tempat itu akhirnya terbakar hingga habis dan ladang pun siap ditanami. Orang-orang yang hadir ditempat itu menjadi takjub dan keheranan melihat cara kerja Mamle.


Mamle Si Anak Sakti, Cerita Rakyat Irian Jaya Bagian 3
culture: Wednesday, 26 Feb 2003 14:38:23 WIB

Pada suatu hari Mamle hendak mengunjungi bibinya yang menikah dengan orang Sawiat di tanah Meybat. Ditengah perjalanan Mamle mencambut dua buah gunung, yaitu gunung Yilo dan gunung Tless.

Kedua gunung itu kemudian diikat dengan tali dlimit dan diapit dua lengannya. Tempat bekas gunung itu menjadi dua telaga dengan airnya berwarna biru. Didalam telaga itu hidup berbagai macam ikan air asin.

Setelah sampai didekat Meybat, Mamle mengikat kedua gunung itu di pohon kara (sejenis pohon gabus). Mamle kemudian menuju ladang baru. Ketika ia meminta makan, orang-orang ditempat itu mencelanya. Mamle kemudian menuju ladang baru sebelahnya, yaitu ladang bibinya. Bibinya segera memberi makan Mamle.

Setelah orang-orang diladang itu kembali kerumah masing-masing, Mamle mengambil dua gunung yang telah diikatnya tadi. Kedua gunung itu kemudian diletakkan di ladang baru milik orang-orang dusun. Kedua gunung itu sekarang masih ada.

Pada suatu hari ibu Mamle sakit keras, tetapi tidak ada seorangpun yang menjeguknya. Bahkan, sampai meninggal tak ada orang yang melayat. Dengan sedih Mamle membawa jenazah ibunya ke khalikhat (tempat menyimpan mayat). Setelah tiga hari, Mamle mengadakan Dlen (pesta perkabungan tiga hari) tanpa dihadiri orang.

Setelah upacara perkabungan selesai, Mamle meninggalkan daerah pegunungan dan pergi ke daerah landai. Ia tinggal bersama penduduk Kabra. Ditempat itu Mamle membuat kejadian-kejadian yang menajubkan. Bila ingin makan, ia cukup mengatakan :

"Datanglah ikan, udang, serta seisi sungai Serumuk !" dan seketika itu juga datanglah berbagai macam ikan, serta lauk pauk lain yang siap dimakan.

Dihari- hari senggangnya, Mamle mengajar kebajikan kepada orang-orang Srit. Ia datang ketempat itu sambil mengenakan dua buah alas kaki yang terbuat dari batu datar. Konon sampai sekarang, dua buah batu datar itu masih ada disana.

Demikianlah legenda yang mengisahkan anak sakti Mamle. Masyarakat disana, sampai sekarang masih menganggap bahwa gunung Yilo dan gunung Tless di tanah Meybat serta dua buah batu datar di daerah Srit tersebut ada kaitannya dengan legenda Mamle.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home